Thursday, June 16, 2022

Sang Roda Kehidupan

Tak terasa waktu kini telah berganti,,
Sang waktu terus berputar membuat suasana yg penuh ceria menjadi sunyi dan sepi,,
Terkadang di kala sunyi, ku berpikir tentang bagaimana harus ku bersifat di depan orang-orang nanti,,
Bersifat secara alami tanpa harus ada yg ditutup-tutupi,,
Agar membuat aktifitas ini tetap berlanjut hingga usai masa ku nanti,,
Roda kehidupan yg terus berputar membuat otak harus selalu berpikir tentang apa yg harus ku perbuat agar membuat orang sekitar menjadi senang hati,,
Selalu ku cari cara itu di saat terasa sunyi,,
Saat-saat dimana jiwa-jiwa yg lelah beristirahat dan bermimpi,,
Lain halnya dengan diri ini,,
Di saat yg lain mengistirahatkan jiwanya dalam sunyi dan sepi,,
Diri ini masih harus memutar otaknya agar mendapatkan suatu hal yg pasti,,
Di kala sunyi terkadang terpikir bagaimana cara untuk merubah keadaan ini,,
Di kala sunyi terkadang pikiran ini melayang menjauh pergi,,
Seakan ingin merasakan kebebasan yg begitu berarti,,
Namun kejamnya kehidupan kini,,
Membuat diri ini tak mampu untuk keluar dari siklus aktifitas ini,,
Lelah dan jenuh yg kurasa kini,,
Terkadang membuat diri ini terasa seperti tak berarti,,
Tak bisa bebas seperti dahulu lagi,,
Saat saat dimana tak perlu ku pikir tentang beratnya kehidupan ini,,
Saat saat dimana hanya ada tawa yg mengisi hari demi hari ...

Wednesday, October 10, 2012

Curhatan


Cintaku ini ....


Cinta,, Cinta,, Cinta ....
sebuah kata yang mempunyai sebuah makna yang terindah
sebuah kata yang dapat membuat setiap manusia luluh dibuatnya
sebuah kata yang dapat membuat setiap pasangan manusia terbuai dibuatnya ....

Cinta,, cinta,, cinta ....
Sebuah kata yang begitu indah
satu kata yang begitu bermakna bagi setiap penkmatnya
satu kata yang dapat mengubah prilaku manusia ....

Cinta,, cinta,, cinta ....
ingin rasanya ku bisa menikmati cinta 
tapi rasanya hal itu tak mungkin ku rasakan kini
karena ku tahu seseorang yang ku cinta kini tak dapat menemani diri i ni lagi

Cinta,, cinta,, cinta ....
buatlah hati ini menjadi tenang 
walau kutahu cita itu tak ada berada disamping diriku ini .....

Monday, May 14, 2012

Seminar Nasional Kesehatan

BEM Stikes Jenderal A. Yani Cimahi
Proudly Present
"Seminar Nasional Kesehatan"
LAWAN KEGANASAN DENGAN STEM CELL

Hari/ Tanggal: Minggu, 27 Mei 2012
Tempat: Grand Pasundan Convention Hotel

Pembicara 1: Dr. Akhmad Fadly Noor
Pembicara 2: dr. auda S. Aziz
Pembicara 3: Laurensia Lawintono, Msc.
Pembicara 4: Ketua Profesi PPNI

HTM:
Mahasiswa/i Jurusan Kesehatan (Rp. 150.000)
Umum/ Tenaga Kesehatan (Rp. 175.000)
On The Spot (Rp. 185.000)

Free:
Seminar Kit
Sertfikat Terakreditasi: IDI, IAKMI, PPNI, IBI, PATELKI (8SKP)
Lunch
Snack
Hiburan

Tempat Terbatas: Hanya Untuk 800 orang ...
Let's Join Now !!

Makalah n Askep Stroke

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selainmenimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan masalah utama dibidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi , dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah mengenai stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di Indonesia

B. Rumusan Masalah
1.  Apa Pengertian Struk ?
2.  Apa Etiologi Struk ?
3.  Apa faktor resiko Struk ?
4.  Bagaimana Patofisiologi Struk ?
5.  Apa Manifestasi Klinis dari Stuk ?
6.  Apa saja Diagnosa Klinis Struk ?
7.  Bagaimana Penatalaksanaan Struk ?
8.  Bagaimana Asuhan Keperawata dari Struk ?

C. Tujuan
1.    Mengetahui Pengertian Struk.
2.    Mengetahui Etiologi Struk.
3.    Mengetahui Faktor resiko Struk.
4.    Mengetahui Patofisiologi Struk .
5.    Mengetahui Manifestasi Klinis Struk.
6.    Mengetahui Diagnosa Klinis Struk.
7.    Mengetahui Penatalaksanaan Struk.
8.    Mengetahui Asuhan Keperawatan dari Struk.
BAB II
KONSEP MEDIS

A.  Pengertian
strokeStroke = Cerebro Vascular Accident (CVA) = Cerebro VascularDisease (CVD) = Apoplexy adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia. Serangan ini merupakan kegawat daruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat. Karena stroke adalah syndrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian,dan semata –mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10 – 20 menit ), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan Iskemia Otak Sepintas (Transient Ischaemia Attack = TIA).
Pengenalan tanda dan gejala gangguan peredaran darah otak lebih dini, akan sangat membantu dalam hal penegakan diagnosis dan upaya terapi yang tepat dan benar. Pertolongan secara dini, tepat dan benar bertujuan untuk menurunkan angka kematian, mengurangi kecacatan yang bakal terjadi, serta menghemat biaya dan waktu perawatan di rumah sakit.

B.   Etiologi
Stroke dapat disebabkan karena faktor-faktor berikut ini :
a)    Penyumbatan pembuluh darah oleh karena jendalan / gumpalan darah (thrombus atau embolus).
b)   Robek atau pecahnya pembuluh darah.
c)    Adanya penyakit-penyakit pada pembuluh darah.
d)   Adanya gangguan susunan komponen darah

Secara garis besar, stroke di bagi dalam 2 kategori besar, yaitu :
1.    Stroke Non-Haemorrhagic (SNH) Iskemik ;
a.    Emboli.
b.    Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar).
c.    Malformasi arteri-vena.
d.   Trombosis.
e.    Migren.
f.    Hiperkoagulasi darah.
g.    Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin).
h.    Kelainan darah.
2.    Stroke Haemorraghic (SH) ;
a.    Infark otak (80%).
b.    Perdarahan intracerebral (15%).
c.    Perdarahan sub arachnoid (5%).

C.  Faktor Resiko
a)   Faktor non-modified
Faktor yang tidak dapat diubah usia, jenis kelamin pria, ras,riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke, PJK, fibrilasi atrium, heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria
b)   Faktor Modified
Faktor yang dapat diubah hipertensi, diabetes melitus, smoking, penyalahgunaan alcohol dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimptomatis, hyperlipidemia (obesitas), dan hyperkolesterolemia.

D.  Patofisiologi
Dasar-dasar vaskularisasi otak :
a)    Sepasang pembuluh darah karotis denyut pembuluh darah besar ini dapat diraba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula. Arteri carotis masuk ke dalam cranial bercabang menjadi 3 (tiga), yaitu arteri serebri anterior, arteri serebri media dan arteri serebri posterior. Ketiganya saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri communis anterior dan arteri communis posterior.
b)   Sepasang pembuluh darah vertebralis, denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba karena terletak menyelusup dibagian samping tulang leher (servicalis). Arteri ini memperdarahi batang otak dan kedua otak kecil (cerebellum).

Kedua pembuluh darah besar ini didalam rongga cranial akan saling berhubungan, dan membentuk anyaman pembuluh darah yang dikenal dengan nama “Sirkulasi Willisi”. Pada permukaan otak pembuluh darah ini akan saling berhubungan disebut dengan “Anastomosis”.




E.   Manifestasi Klinis
a.    Stroke non-haemorrhagic (SNH) (iskemik) gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis.
Secara mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun, kecuali bila  embolus cukup besar. Biasanya terjadi pada usia > 50 tahun.
b.    Stroke Heamorrhagic menurut WHO diklasifikasikan menjadi :
                         i.    Perdarahan intracerebral
Mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau emosi/ marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan. Kesadaran biasanya cepat menurun dan cepat masuk coma (65% terjadi kurang dari ½jam, 23% antara ½ - 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam – 19 hari).
                       ii.    Perdarahan subarachnoid
Gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala/ tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri carotis interna.

Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manisfestasi klinis stroke akut dapat berupa :
a.    Hemiparesis kelumpuhan wajah atau anggota badan yangtimbul mendadak.
b.    Hemisensorik gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
c.    Perubahan mendadak status mental confusion, delirium,letargi, stupor, coma.
d.   Afasia bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan.
e.    Disartria bicara pelo atau cadel.
f.    Hemianopia / monokuler atau diplopia gangguan penglihatan.
g.    Ataksia trunkal atau anggota badan.
h.    Vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala



F.   Diagnosa Klinis
a.    Anamnesis klinis dan pemeriksaan fisis-neurologis.
b.    Sistem score untuk membedakan jenis stroke.
c.    CT Scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan infark dengan perdarahan.
d.   MRI lebih sensitif dari CT Scan dalam mendeteksi infark cerebri dini dan infark batang otak.

G.  Penatalaksanaan
a.    Stroke akut di Unit Gawat Darurat
Waktu adalah otak yang merupakan ungkapan yang menunjukkan betapa pentingnya pengobatan stroke sedini mungkin, karena “jendela terapi” dari stroke hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Hal yang harus dilakukan adalah:
1) Stabilitas klien dengan tindakan Air way, Breathing dan Circulating.
2) Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau coma atau gagal nafas.
3) Infus intravena dengan cairan normasalin 0,9% 20 ml/jam, jangan pakai cairan hipotonis edema otak.
4) Berikan oksigen 2-4 liter/menit.
5) Pertimbangkan pemberian nutrisi melalui NGT.
6) EKG.
7) Pemeriksaan darah dan urine.

b.    Perawatan umum
Kebanyakan morbiditas dan mortalitas stroke berkaitan dengan komplikasi non neurologis, yang dapat diminimalkan seperti berikut ini :
1) Demam.
2) Nutrisi.
3) Hidrasi intravena hipovolemia
4) Glukosa hiperglikemia dan hipoglikemia
5) Perawatan paru
6) Aktifitas immobilisasi.
7) Neurorestorasi dini stimulus sensorik, kongnitif, memory, bahasa, emosi serta visuospasial.
8) Perawatan vesica .



H.  Pencegahan
a.    Pencegahan primer
                         i.    Kampanye nasional terintegrasi.
                       ii.    Memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat hidup sehat bebas stroke;
1.    Menghindari rokok, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
2.    Mengurangi kolesterol dan lemak dalam makanan.
3.    Mengendalikan hipertensi, DM, penyakit jantung dan penyakit vascular lainnya.
4.    Menganjurkan konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur.
b.    Pencegahan sekunder
                         i.    Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko.
                       ii.    Melibatkan peran keluarga seoptimal mungkin.
                      iii.    Obat-obatan yang digunakan.
                      iv.    Tindakan invasive.

I.    Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi
a.    Kerjasama tim yang dipimpin oleh dokter spesialis syaraf dan dibantu oleh perawat khusus stroke, pertugas terapi fisik dan okupasional, petugas terapi wicara serta ahli gizi dengan melibatkan peran keluarga dan petugas social (bila ada).
b.    Harus dilaksanakan sedini mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor gangguan motorik, sensorik, kognitif, komunikasi, visual dan emosi.
c.    Mobilisasi aktif sedini mungkin secara bertahap sesuai toleransi setelah kondisi neurologis dan hemodinamik stabil.





BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A.  Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan.
1.    Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.
a)   Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b)   Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c)    Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d)   Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e)    Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
f)     Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.



g)   Pola-pola fungsi kesehatan
a.    Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b.    Pola nutrisi dan metabolism
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c.    Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus
d.   Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e.    Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/ nyeri otot
f.    Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g.    Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h.    Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i.     Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j.     Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k.    Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.



h)   Pemeriksaan Fisik:
a.    Keadaan umum
                                 i.    Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
                               ii.    Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
                              iii.    Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b.    Pemeriksaan integument
                                 i.    Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
                               ii.    Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
                              iii.    Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c.    Pemeriksaan kepala dan leher
                                 i.    Kepala : bentuk normocephalik
                               ii.    Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
                              iii.    Leher : kaku kuduk jarang terjadi.
d.   Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan
e.    Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f.    Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g.    Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h.    Pemeriksaan neurologi
                                 i.    Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
                               ii.    Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
                              iii.    Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
                              iv.    Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.
                                v.    Pemeriksaan penunjang
1.    Pemeriksaan radiologi
a.    CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
b.    MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c.    Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
d.   Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
2.    Pemeriksaan laboratorium
a.    Fungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b.    Pemeriksaan darah rutin
c.    Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d.   Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
3.    Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, mengklasifikasi, mengelompokkan, mengkaitkan data dan akhirnya menarik kesimpulan.




B.   Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi.
a)    Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral.
b)   Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.
c)    Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori, penurunan penglihatan.
d)   Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak.
e)    Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat.
f)    Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan.
g)   Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegic.
h)   Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama.
i)     Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan menelan.
j)     Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan lesi pada upper motor neuron.



C.  Intervensi dan Rasional
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan klien adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, penetapan kriteria hasil dan menentukan intervensi keperawatan.
Intervensi dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1.    Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral.
-      Tujuan: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal.
-      Kriteria hasil :
o   Klien tidak gelisah.
o   Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
o   GCS 456.
o   Pupil isokor, reflek cahaya (+).
o   Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit).
-      Rencana tindakan :
o   Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan akibatnya.
o   Anjurkan kepada klien untuk bed rest total.
o   Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial tiap dua jam.
o   Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis).
o   Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.
o   Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
o   Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor.
-      Rasional :
o   Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan.
o   Untuk mencegah perdarahan ulang.
o   Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat.
o   Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral.
o   Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.
o   Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenagngan mingkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya.
o   Memperbaiki sel yang masih viable.



2.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia.
-    Tujuan: Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
-    Kriteria hasil:
o   Tidak terjadi kontraktur sendi.
o   Bertambahnya kekuatan otot.
o   Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
-      Rencana tindakan:
o   Ubah posisi klien tiap 2 jam.
o   Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit.
o   Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit.
o   Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya.
o   Tinggikan kepala dan tangan.
o   Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
-      Rasional:
o   Menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan.
o   Gerakan aktif memberikan masa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
o   Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan.




3.    Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan penglihatan.
-      Tujuan: Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.
-      Kriteria hasil :
o   Adanya perubahan kemampuan yang nyata.
o   Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang.
-      Rencana tindakan:
o   Tentukan kondisi patologis klien.
o   Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi.
o   Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama.
o   Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap saat.
o   Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek.
-      Rasional:
o   Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan.
o   Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien.
o   Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi.
o   Untuk mengetahui keadaan emosi klien.
o   Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat dimengerti.



4.    Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak.
-      Tujuan: Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal.
-      Kriteria hasil:
o   Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi.
o   Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat.
-      Rencana tindakan:
o   Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat.
o   Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi.
o   Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”.
o   Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.
o   Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi.
o   Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara.
-      Rasional :
o   Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien.
o   Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain.
o   Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi.
o   Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif.
o   Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi.
o   Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar.



5.    Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegic.
-      Tujuan: Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.
-      Kriteria hasil:
o   Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien.
o   Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan.
-      Rencana tindakan :
o   Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.
o   Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh.
o   Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.
o   Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya.
o   Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi.
-      Rasional:
o   Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
o   Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus.
o   Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan.
o   Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu.
o   Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus.



6.    Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan.
-      Tujuan: Tidak terjadi gangguan nutrisi.
-      Kriteria hasil:
o   Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan.
o   Hb dan albumin dalam batas normal.
-      Rencana tindakan:
o   Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk.
o   Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, seama dan sesudah makan.
o   Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan.
o   Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu.
o   Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.
o   Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air.
o   Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan.
o   Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan.
o   Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang.
-      Rasional:
o   Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien.
o   Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi.
o   Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler.
o   Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan.
o   Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar.
o   Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi.
o   Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan merunkan resiko terjadinya tersedak.
o   Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan.
o   Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.



7.    Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat.
-      Tujua: Klien tidak mengalami kopnstipasi.
-      Kriteria hasil:
o   Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat.
o   Konsistensi feses lunak.
o   Tidak teraba masa pada kolon ( scibala ).
o   Bising usus normal ( 15-30x/menit ).
-      Rencana tindakan:
o   Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi.
o   Auskultasi bising usus.
o   Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung serat.
o   Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi.
o   Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien.
o   Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema).
-      Rasional:
o   Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab konstipasi.
o   Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik.
o   Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi regular.
o   Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi regular.
o   Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic.
o   Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.



8.    Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
-      Tujuan: Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit.
-      Kriteria hasil:
o   Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka.
o   Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka.
o   Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.
-      Rencana tindakan:
o   Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin.
o   Rubah posisi tiap 2 jam.
o   Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol.
o   Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi.
o   Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
o   Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit.
-      Rasional:
o   Meningkatkan aliran darah kesemua daerah.
o   Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.
o   Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol.
o   Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler.
o   Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.
o   Mempertahankan keutuhan kulit.



9.    Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi
-      Tujuan: Jalan nafas tetap efektif.
-      Kriteria hasil:
o   Klien tidak sesak nafas
o   Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan
o   Tidak retraksi otot bantu pernafasan
o   Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
-      Rencana tindakan:
o   Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat ketidakefektifan jalan nafas
o   Rubah posisi tiap 2 jam sekali
o   Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)
o   Observasi pola dan frekuensi nafas
o   Auskultasi suara nafas
o   Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien
-      Rasional:
o   Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas
o   Perubahan posisi dapat melepaskan sekret darim saluran pernafasan
o   Air yang cukup dapat mengencerkan secret
o   Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas
o   Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas
o   Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru



10. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan kehilangan tonus kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter, hilangnya isarat berkemih.
-      Tujuan: Klien mampu mengontrol eliminasi urinenya.
-      Kriteria hasil:
o   Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensi
o   Tidak ada distensi bladder.
-      Rencana tindakan :
o   Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering.
o   Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari.
o   Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal).
o   Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal yang telah direncanakan.
o   Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi).
-      Rasional:
o   Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih yang berlebih.
o   Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu mencegah enuresis.
o   Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih.
o   Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga memerlukanuntuk lebih sering berkemih.
o   Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal.

D.  EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.




BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Stroke/ Cerebro Vascular Accident (CVA)/ Cerebro Vascular Disease (CVD)/  Apoplexy adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.
Stroke dapat disebabkan karena beberapa faktor, antara lain: penyumbatan pembuluh darah oleh karena jendalan/ gumpalan darah(thrombus atau embolus), robek atau pecahnya pembuluh darah, adanya penyakit-penyakit pada pembuluh darah, dan adanya gangguan susunan komponen darah. Selai  itu, factor resiko juga dapat mempengaruhi terjadinya stroke, antara lain: factor non-modified, dan factor modified.
Manisfestasi klinis stroke antara lain: hemiparesis kelumpuhan wajah atau anggota badan yang timbul mendadak, hemisensorik gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan, perubahan mendadak status mental confusion, delirium, letargi, stupor, coma, afasia bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan, disartria bicara pelo atau cadel, hemianopia/ monokuler atau diplopia gangguan penglihatan, ataksia trunkal atau anggota badan, vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala.

B.   Saran
Untuk penderita tekanan darah tinggi biasanya tidak diberikan antikoagulan dan juga pada pasien dengan perdarahan otak, karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
Selain itu, penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infuse untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution, diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi komplikasi.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan.
Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack, ternyata bias mengurangi risiko terjadinya stroke dimasa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan didalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Disamping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih  saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka dikulit karena penekanan).

DAFTAR PUSTAKA

1.    Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, dan Siti Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta Pusat : Interna Publishing.
4.    http://mhs.blog.ui.ac.id/fer50/2008/09/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-stroke/